Kembali
Ada
baiknya untuk klik play pada lagu ini sebelum lanjut membaca. Sebelum
diklik, didownload dulu yaa kalau belum punya lagunya.
Atau bisa juga
dengerin di soundcloud.
Isyana Sarasvati – Tetap dalam Jiwa
Gabriel Stevent Damaik – Menanti Dirimu
Rasanya tumpah ruah. Bukankah sudah lama sekali?
Sekalipun semu, aku, menantikannya.
Kesibukan
mengekang waktu hingga akhirnya jarak memisahkan beberapa orang yang mulanya
teramat dekat. Begitulah cara dunia mendekatkan pertemuan dengan perpisahan.
Iya. Perlahan tapi menikam.
Rasanya,
kemarin aku seperti menggenggam waktu. Mengaturnya seolah-olah bijak. Tapi,
membuka diariku pun tidak. Ya, blog ini. Seandainya ini seperti seekor binatang
peliharaan, mungkin usianya telah habis dari jauh-jauh hari. Maaf, aku… Maafkan
aku.
Syukurlah
ada beberapa orang yang memgingatkan kalau aku punya kamu. Kamu, catatanku.
Jadi kusempatkan untuk kembali membukanya. Mengingatnya. Membacanya. Kemudian
kuputuskan untuk menulis kembali. Kesepuluh ujung jemariku ternyata rindu berkolaborasi.
Hahaha.
Haloㅡㅕㅗ므ㅡㅁㅇ갸카ㅛㅁ갿ㄹㄴㄷㄹ걈주
Tidak
terasa sudah lebih dari waktu revolusi bumi ya? Terkadang aku berpikir aku akan teringat padamu.
Teringat pada hari-hari yang menyenangkan. Apakah kau bahagia sendiri di sana?
Apa kau sedih seharian atau kesepian? Apa kau makan dengan baik ? Lalu, apa kau mengingat aku ?
Hari itu, aku kira aku telah bertemu dengan peri. Peri yang membuatku berani keluar. Peri yang membuatku
kembali hidup. Peri yang telah membuatku tersenyum. Kemudian aku lupa bahwa
peri tidak bisa selamanya tinggal.
Aku seperti
orang yang bodoh yang tidak ingin melihat cintanya bersama orang lain, tapi aku
juga tidak bisa menahanmu. Aku megharapkan kesempatan kedua atau mungkin
ketiga. Tapi yang aku lakukan tidak lebih menunggu dan menunggu lagi. Aku terus
berpikir kau ada di sampingku dan aku terus menunggu.
Jadi ini rasanya berada di depan pintu
yang tidak pernah terbuka?
Kau pernah
menjadikanku sesuatu yang sangat berharga. Tapi kini sedikit demi sedikit udara
berputar di sekitarku. Aku
sadari itu saat menulis judulnya. Aku mungkin bukan lagi sosok yang seperti
dulu meskipun sering sekali aku merindukan saat itu. Aku juga merindukan diriku
yang dulu. Entah bagaimana cara menjelaskannya. Aku telah kembali, walaupun
semuanya tidak lagi sama.
Aku telah banyak
belajar dan pelajaran itu mengubahku. Aku melihat dunia yang kemudian menyadarkanku. Wilayah mungkin bisa
menunjukkan batasnya. Tapi ketika kita hanya setitik saja dari luasnya, yang
kita lihat hanya keramaian. Asing. Dan batas-batas itu bukan lagi penghalang karena yang kita cari dan kita
temukan belum tentu senada.
Aku
memotong bentuk yang tajam dari isi hatiku. Namun orang lain tidak mengerti dan menganggapnya sebagai kebencian.
Cinta dan juga kebencian
terlihat sama. Tapi ternyata itu sangatlah berbeda. Tapi perbedaan itu bisa
setipis kertas saja. Jadi kapanpun, perbedaan itu akan berubah. Aku telah
melihatnya. Kalau mulai membenci seseorang, kau bisa sayang pada orang
tersebut.
Ombak memecah pasir casteel. Pria itu
bahkan bisa mencintai angin dan ombak. Dia bilang pasir casteel tidak kan
pecah. Itu masih kurang. Dia benar-benar tahu caranya menghibur.
Kucoba
meniru senyumnya, aku coba melihat dunia lewat matanya. Aku coba berpikir lewat
hatinya. Bagi pria itu cinta adalah melihat dunia lebih dalam dari hati dua
orang. Dan akhirnya aku juga sadar bahwa cinta adalah dua bagian yang tidak
akan lengkap bila tidak menjadi satu.
Cinta itu berjalan
bagaikan jam. Saat masih baru, jam itu akan memperlihatkan waktu yang tepat.
Seiring berjalannya waktu dan kau lupa mengganti baterainya, maka jam itu akan
berhenti dan rusak. Namun jika kau kembali memberinya semangat, jam itu tidak
akan berhenti untuk waktu yang sangat lama. Apa yang telah aku lakukan?
Aku tidak
ingin membencimu. Meskipun rumput banyak berbisik tentangmu. Aku, lebih memilih
jawabanmu. Karena sungguh, kau tau caranya menghibur. Atau aku yang berusaha
menghibur diriku sendiri melalui dirimu? Karena tidak hanya menghibur, kau juga
lihai menutupi. Apa yang kau rencanakan dengan semua kebohongan itu?
Apa kau takut aku terluka? Kau tidak
suka kalau aku terluka kan?
Mata adalah
jendela hati. Kita dapat melihat isi hati orang lain melalui matanya. Ketika hati
sedang cerah mata pun akan bersinar. Dan untuk beberapa kesempatan, menatap
orang lain bisa berarti bercerita ketika mulut tidak lagi bersuara. Itulah sebabnya
aku menghindari beberapa tatapan. Aku selalu berusaha menyembunyikan sinar itu
atau nanarnya.
Terlalu banyak
orang yang kasar terhadap luka orang lain. Kenapa mereka menginjak orang yang lemah dan
mengambil keuntungan ? Wanita tidak mau mendengar kalimat-kalimat kosong,
setidaknya dari satu orang. Ya. Pasti ada orang yang tidak seperti itu. Tapi kemana perginya mereka
sekarang ? Aku berharap akan menyenangkan jika ada satu orang saja yang
berbeda. Maka sejak saat itu aku lebih nyaman untuk sendiri. Aku menjaga diriku
sendiri.
Kalaupun memang
ini ujungnya, tinggalah, walau itu berarti melupakanku. Aku juga tidak
ingin kau terluka. Apalagi hingga merasa terbebani karena perasaanku yang masih
tersisa. Aku tidak ingin membuatnya sulit. Aku juga tidak ingin menyakiti orang
yang akan hadir dalam duniaku atau duniamu nantinya. Ini hanya sesuatu yang
telah kumulai dan harus kuselesaikan sendiri. Tanpa orang lain tahu.
Satu orang tidak bisa membuat dunia, tapi kau bisa
menjadi bagian dari seseorang. Hangat, ceria dan damai. Jika satu orang menjadi
dunia yang seperti itu. Satu akan menjadi sepuluh orang lalu menjadi ratusan.
Dunia akan penuh dengan orang-orang yang bahagia nantinya.
‘Menghidupkan
dunia yang damai dan ceria. Walaupun
tidak ada dunia yang benar-benar seperti itu. Hujan akan turun suatu
hari. Kita akan bertengkar suatu hari. Kita akan saling menyakiti suatu hari.
Tapi bukan berarti dunia yang seperti itu sudah menghilang. Aku akan
menunggumu, penawarku. Seperti
matahari yang terus terbit dan tenggelam setiap hari.’
Recent Comments